Berguru Kepada Allah (5/5)

MYSKAT CAHAYA ILAHI

Kata cahaya adalah metafora yang diungkapkan Al Qur'an, dalam menjelaskan keadaan jiwa atau hati yang telah mendapatkan wahyu atau ilham. Dimana wahyu atau kata-kata Tuhan diungkapkan kedalam bahasa manusia, dengan meminjam kata 'cahaya', sebab wahyu sendiri tidak bisa diungkapkan dengan bahasa manusia. Wahyu adalah bahasa Allah, yang berbeda dengan bahasa manusia. Namun wahyu atau ilham bisa dipahami oleh orang yang menerimanya, bahkan hewan dan alampun mampu memahami bahasa Allah.
Didalam Mu'jam Alfadzil Qur'anil Karim, yang diterbitkan oleh Majma'ul Lughah Al Arabiyah, kata 'ilham' ditafsirkan dengan:"Disusupkannya kedalam hati perasaan yang sensitif yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara kesesatan dan petunjuk", dan mungkin hal ini dijaman kita sekarang ini dikenal dengan istilah dhomir (kata hati). Didalam kamus Al Muhith disebutkan: "Al hamahu khaira (Allah mengilhamkan kebaikan) yakni: Allah mengajarkan kepadanya.
Dengan alasan inilah saya memberikan judul "Berguru Kepada Allah" pada bab ini. Dan dengan demikian kita sudah menjurus kepada hal yang lebih penting lagi didalam perjalanan kita kali ini. Disamping kita sudah berbekal ilmu kema'rifatan, yaitu mengenal dzat, sifat dan af'al Allah, kita hendaknya melakukan komunikasi kepada Allah serta melakukan pemasrahan diri secara total. Kepasrahan adalah menggantungkan sikap jiwa untuk patuh kepada Allah dengan segenap syari'at yang telah ditentukan, agar kita mendapatkan cahaya keimanan yang lebih dalam.
Firman Allah Swt didalam surat An Nuur: 35 - 38:
"Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. Perumpamaan cahaya adalah seperti lubang yang didalamnya ada pelita. Pelita itu didalam kaca. Dan kaca itu laksana bintang yang berkilauan yang dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu minyak zaitun yang bukan dari timur dan tidak (juga) dari barat. Minyaknya hampir menerangi sekalipun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, (yaitu) dirumah-rumah, Allah memerintahkan untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, bertasbih didalam rumah itu pada waktu pagi dan petang, (yaitu) laki-laki yang tidak dilalaikan perniagaan dan jual beli darimengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka takut akan hari yang berguncang padanya hati dan penglihatan, supaya Allah membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan dan menambah (lagi) karunia-Nya. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan tiada terbatas".
Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya seperti lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada 'pelita' besar. Cahaya itu bersemayam didalam hati orang-orang yang terpilih dan dikehendaki-Nya. Dengan cahaya itu Allah membimbing dan menuntun hatinya mampu memahami ayat- ayat Allah nasehat-nasehat Allah. Allah-lah yang akan 'menghantar' jiwa kita melayang menemui-Nya dan yang akan menunjukkan 'jalan ruhani' kita untuk melihat-Nya secara 'nyata'. Dengan 'cahaya-Nya', kita bisa membedakan petunjuk dari syetan atau dari Allah swt.
Firman Allah:
"Wahai orang-orang beriman jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan bagimu furqan (pembeda) ". (Al An Faal, 8: 29)
Yang dimaksud dengan 'furqan' adalah cahaya yang dengannya, kita semua bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Dan firman Allah:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan" (Al Mu'minuun, 29: 69)
Ayat ini menunjukkan bahwa bersungguh-sungguh atau bermujahadah dijalan Allah, memiliki pengaruh didalam memberi 'hidayah' atau 'cahaya' kepada manusia menuju jalan-jalan Allah, yaitu jalan kebenaran.
Firman Allah:
"Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagimu jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka ..." (Ath Thalaaq, 65:2-3).
Dengan demikian maka jelaslah pada ayat-ayat diatas, memberikan kepada kita 'syarat' untuk mendapatkan 'cahaya' atau 'hidayah', hendaklah melakukan amalan-amalan yang diwajibkan dan disunnahkan, yaitu melakukan dzikrullah', baik berdiri, duduk, maupun berbaring. Sebab didalam setiap peribadatan itu merupakan 'cara' untuk menginat 'Allah'.
Dan menyebabkan 'Allah' menyambut ingatan kita, dengan sambutan kasih sayang serta memberinya 'cahaya' penerang bagi hatinya yang merelakan dan membuka untuk menerima Allah sebagai junjungannya, dengan ditandai rasa tenang yang luar biasa.
Untuk lebih jelasnya, saya akan lanjutkan perjalanan rohani kita, pada bab "Membuka Hijab". Pada bab itu akan saya jelaskan secara konkrit, masalah-masalah rohani atau fenomena kerohanian yang menjebak perjalanan kita seperti istijrad, kemampuan kasyaf, dan penyembuhan yang digandrungi oleh para pemburu 'kesaktian'. Dimensi- dimensi fisik maupun psikis akan anda temui pada bab tersebut. Insya Allah !!!

Komentar

  1. assalaamu`alaikum

    afwan br izin,ana banyak copas catatan antum untk d share

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan saja diambil dan dibagi semoga Allah meridhoi

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer