Keadaan Si Kikir
Kisah nyata di zaman Rosulullah SAW.
Suatu hari dalam suatu kesempatan di
kehidupan Rasulullah saw. ada seorang perempuan datang menemui beliau.
Tangan sebelah kanan dari wanita itu terlihat mengecil dan mengering.
Waktu ia telah berada dekat dengan Rasulullah, kemudian berkata, “Ya
Rasulullah, mohon berdoalah engkau kepada Allah, kiranya Ia dapat
berkenan untuk menyembuhkan dan mengembalikan tanganku ini kepada
keadaan sebagaimana semula.”
Sembari menyampaikan permohonannya,
wanita itu memperlihatkan tangan kanannya kepada Rasulullah. Rasulullah
memperhatikan sejenak keadaan tangan itu. Tangan itu memang telah
mengecil dan tulang-tulangnya terkesan besar dalam pandangan karena
mengeringnya daging yang menyelimutinya.
Sejurus kemudian, Rasulullah menanyakan ada hal apa yang telah dialami si wanita sampai-sampai tangannya bisa berujud demikian. “Ada apa denganmu sehingga tanganmu bisa mengering begitu?” Dengan perasaan yang tertekan, berceritalah wanita tersebut perihal pengalaman yang dialaminya.
“Sesungguhnya, pada beberapa malam yang
lalu saya bermimpi. Dalam mimpi itu terasa bahwa hari kiamat telah
datang. Neraka jahim telah pula dinyalakan. Surga telah disiapkan.
Keadaan neraka yang telah penuh dengan lembah-lembah api telah siap
sedia menyambut ahlinya. Di salah satu lokasi dari lembah neraka itu,
yaitu tempat yang dinamakan Lembah Jahanan, saya melihat seseorang
berada di sana. Lama saya amat-amati orang itu. Akhirnya, saya yakin
bahwa ia tak lain dari ibu kandung saya. Rupanya kedua tangan ibu sedang
memegang sesuatu. Salah satu tangannya terlihat sedang memegang-megang
sepotong lemak, sedangkan tangan lainnya memegang sehelai kain. Dan,
rupanya kain yang dipegang-pegangnya itu ia jadikan sebagai tameng untuk
melindungi tubuh itu dari panasnya api yang menjilat-jilat dari
tengah-tengah lembah. Melihat keadaan ibu yang serupa itu, hati saya
trenyuh. Tak kuasa saya berteriak kepadanya. ‘Ibu…! hai, Ibu…! Tiada
patut bagiku melihatmu berada di lembah ini, sedangkan engkau adalah
orang yang taat kepada Tuhanmu dan suamimu, juga telah senang, tak
membencimu’.”
“Rupanya ibu mendengar teriakan saya. Tak
lama sahutan dari jawaban Ibu pun terdengar. ‘Hai, anak perempuanku!
Aku ini ketika masih di dunia adalah seorang yang kikir. Lembah ini
merupakan tempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kikir.’
Mendengar jawaban itu itu, rasa ingin tahuku tentang fungsi dari
benda-benda yang ada dalam pegangannya itu menggiring saya untuk
bertanya lagi. ‘Lemak dan kain yang saya lihat ada di tanganmu itu untuk
apa?’ ‘Dua-duanya ini adalah sedekah saya dulu ketika di dunia. Jadi,
selama di dunia, saya tak pernah bersedekah apa-apa kecuali kain dan
lemak ini. Dan, sekarang dua-duanya itu kubuat berlindung dari api dan
siksa terhadap diriku.’
“Demikian jelas ibu kepada saya. Saya
terus menanyakan, di mana gerangan ayah sekarang. ‘Bapak mana Bu?’ ‘Dia
adalah orang yang dermawan. Jadi, dia sekarang berada di tempat
orang-orang dermawan. Beliau berada di surga’.”
“Maka, segera saya pergi ke surga. Ayah
terlihat sedang berdiri di pinggir telagamu (Muhammad), ya Rasulullah.
Dia sedang memberi minum kepada orang-orang dermawan dengan gelas yang
diambilkan dari tangan Ali, Usman, Umar, dan Abu Bakar. Abu Bakar dari
uluran tanganmu, ya Rasulullah. Lantas, saya berseru kepada ayah. ‘Ayah!
ibu (istrimu yang taat kepada Tuhannya dan engkau senang kepadanya,
sekarang berada di lembah jahanam. Sekarang engkau malah memberi minum
kepada orang-orang dengan air telaga Nabi Muhammad saw., padahal ibu
sangat dahaga. Ayah, berilah ia seteguk air agar rasa dahaganya
hilang’.”
“Ternyata ayah mendengar suara saya. Tak
lama terdengar sahutan ayah. ‘Putriku, ibumu berada di dalam tempat
orang-orang yang kikir dan orang-orang yang durhaka di neraka. Padahal,
diharamkan air Telaga Muhammad saw. kepada neraka’.”
“Mendengar jawaban ayah seperti itu, saya
menjadi tak sabar. Lantas, saya ambil saja sendiri segelas air dari
telaga itu dan membawanya kepada ibu. Saya minumkan air itu kepada ibu
yang sedang menderita kehausan yang hebat karena terus-menerus mendapat
sengatan panas. Ibu kemudian meminumnya. Tetapi, sementara ibu melakukan
itu, saya mendengar suara yang mengatakan begini, ‘Semoga Allah
mengeringkan tanganmu, lantaran kamu datang memberi minum air Telaga
Muhammad saw. kepada orang yang durhaka lagi kikir’.”
“Suara itu ternyata membingungkan saya.
Saya tersentak bangun. Dan, tiba-tiba tangan yang menyodorkan minum
kepada ibu itu benar-benar mengering dan mengecil.”
Mendengar penjelasan yang panjang lebar
dari wanita itu, Nabi saw. bersabda kepadanya, “Kekikiran ibumu ternyata
membahayakan kamu di dunia. Itu saja di dunia. Lalu bagaimana akibatnya
yang menimpa baginya?”
Sesaat kemudian, kata Siti Aisyah (yang
meriwayatkan cerita ini), Rasulullah meletakkan tongkatnya di atas
tangan kering perempuan tersebut seraya berdoa, “Ya, Allah, demi cerita
yang telah diceritakan oleh perempuan ini, maka hendaklah Engkau sudi
menyembuhkannya seperti sedia kala.” Dengan demikian, tangan kering
perempuan tersebut menjadi sembuh seketika seperti semula.
Dalam hadis lain, bersumber dari Aisyah,
Rasulullah saw. bersabda, “Orang dermawan itu dekat kepada Allah,
manusia, dan jauh dari neraka. Orang kikir itu jauh dari Allah, makhluk,
surga, dan dekat kepada neraka. Orang bodoh yang dermawan itu lebih
dicintai Allah Ta’ala daripada orang alim yang kikir.”
Rasulullah saw. bersabda lagi, “Sifat
dermawan itu bagaikan pohon di surga yang daun-daunnya terkulai ke
dunia. Barangsiapa berpegangan dengan dahan tersebut, maka ia akan
terangkat ke surga. Dan, sifat kikir itu bagaikan pohon di neraka yang
dahan-dahannya terkulai ke dunia. Barangsiapa berpegangan dahan
tersebut, maka akan tersesat ke neraka.”
Komentar
Posting Komentar